Tadi bila baca kisah Wali Songo... terutama sekali kisah Sunan Kalijaga.... tiba-tiba air mata ni menitik... tak tahu mengapa tiba-tiba aku teringat anak aku yang namanya diberi sempena nama Sunan tersebut... iaitu Raden Said...
Sebenarnya.. semasa anak aku lahir...aku dan suami aku sering menonton CD kisah sunan kalijaga... pelakonnya Deddy Mizwar(kalau tak salah aku laaa) so bila nak kasi nama kat anak tuh.. suami aku cakap.. apakata beri nama Syahid... macam Raden Said... aku setuju tapi kena tambah Ilham... sebab Ilham tuh nama arwah Yai (atuk) aku.... orang kata berkat ambik nama orang-orang alim... aku harap semoga anak ni jadi orang soleh macam mereka... MUHAMMAD SYAHID ILHAM itulah nama anak aku yang sulung...
Aku teringat... bila mak dan bapak aku balik dari kebun... diorang akan panggil anak aku Raden Syahid! Reden Syahid! maklum laa aku tinggal dengan diorang...
25 Februari 2009
WALI SONGO (SEMBILAN WALI)
Kisah ini aku cedok dari sebuah website Indonesia... sekadar untuk renungan dan mengingat kembali kisah-kisah wali agung yang sedikit sebanyak mempengaruhi cara hidup masyarakat Jawa pada masa dulu.... Mungkin ada kaitan dengan aku yang berdarah Demak dan Bagelen dari sebelah Bapak aku dan Ponorogo dari Mak aku. (Amboi.. mula perasan laa tuh.. huhu...)
** Berikut adalah kisah - kisah dari Wali Songo
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .
Maulana Malik Ibrahim (Wafat 1419)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.Sunan Bonang Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).
Sunan Kalijaga
Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak
Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti .
** Berikut adalah kisah - kisah dari Wali Songo
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .
Maulana Malik Ibrahim (Wafat 1419)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.Sunan Bonang Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).
Sunan Kalijaga
Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak
Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti .
24 Februari 2009
Kenangan Lama...
Sesekali teringat kawan-kawan lama yang telah terputus hubungan...
Apa khabar mereka sekarang... dah kawin ke? masih bujang ke? macam mana pulak dengan kerja diorang? dah naik pangkat ke? dah pindah ke tempat lain ke? teringin nak cari mereka ni semula.... tapi...banyak pula kekangannya..
Iya laa.. sekarang ni, dah berkeluarga... lain pulak ceritanya, masa yang tinggal hujung minggu dihabiskan bersama keluarga, kalau tak dengan keluarga suami dengan keluarga kita pula...
Walaupun begitu... saya berharap agar mereka semua didalam kesejahteraan.. dan sentiasa mendoakan kebahagiaan mereka... Insya Allah...
Apa khabar mereka sekarang... dah kawin ke? masih bujang ke? macam mana pulak dengan kerja diorang? dah naik pangkat ke? dah pindah ke tempat lain ke? teringin nak cari mereka ni semula.... tapi...banyak pula kekangannya..
Iya laa.. sekarang ni, dah berkeluarga... lain pulak ceritanya, masa yang tinggal hujung minggu dihabiskan bersama keluarga, kalau tak dengan keluarga suami dengan keluarga kita pula...
Walaupun begitu... saya berharap agar mereka semua didalam kesejahteraan.. dan sentiasa mendoakan kebahagiaan mereka... Insya Allah...
19 Februari 2009
Paderi peluk Islam di Rusia
ISLAM di benua sebesar Rusia masih diselubungi misteri bak kabus yang sangat tebal. Ini apabila jumlah sebenar mereka yang menganut Islam di benua itu tidak ada dalam data yang tepat dan terkini.
Pakar mengenai agama itu, The Russian Islamogist, Roman Silantvev berkata, terdapat khabar angin yang tersebar luas mengatakan sehingga kini terdapat hampir 20 juta penduduk Rusia merupakan penganut Islam.
"Ternyata khabar angin itu tidak realistik," katanya dalam satu kenyataan yang disiarkan oleh agensi berita Rusia, Interfax dua tahun lalu.
Menurutnya, jumlah penduduk Islam mengikut etnik-etnik yang ada di benua itu dikatakan seramai 14.5 juta sahaja. Namun jumlah sebenar dikatakan kurang iaitu terdapat 7 hingga 9 juta orang sahaja yang beragama Islam.
"Satu lagi khabar angin popular yang juga tidak benar, yang mengatakan etnik Rusia terutamanya yang menganut Yahudi dan Kristian semakin ramai yang memeluk Islam pada hari ini.
"Sedangkan yang berlaku sejak 15 tahun lalu sehingga kini, dilaporkan hanya seramai 3,000 orang sahaja yang memeluk Islam, iaitu satu jumlah tidak memberikan makna dan signifikan yang besar," jelasnya.
Namun selepas dirujuk pada lama web ensiklopedia percuma di Internet Wikipedia, Islam dikatakan agama kedua yang paling ramai dianuti di Persekutuan Rusia. Dianggarkan kini terdapat seramai 20 juta penduduknya merupakan penganut Islam. Ia adalah pertambahan hampir 40 peratus sejak 15 tahun lalu dengan 6 juta dari mereka terdiri daripada penduduk asal yang beragama Islam.
Namun Silantvev perlu menerima hakikat sekalipun jumlah tidak menjanjikan signifikan tetapi bagaimana seorang yang bertaraf paderi besar dari gereja utama di negara itu akhirnya memeluk Islam?
Pada tahun 1999, berita pengislaman bekas Paderi Gereja Ortodoks Rusia, Viacheslav Sergeevich Polosin, 53, yang juga pengerusi jawatankuasa Committee of the Supreme Soviet on Freedom of Conscience bagaikan satu sinar yang memecahkan kabus itu.
Namun Polosin dituduh mengalami masalah psikologi akibat tekanan politik apabila dikatakan meninggalkan agama Kristian itu.
Jika Polosin menukar mazhab dari Ortodoks kepada Prostestan, mungkin masih boleh dimaafkan tetapi kini dengan nama baru iaitu Ali, bagaimana ini dapat diterima oleh masyarakat Kristian?
"Sedari kecil saya percaya mengenai kewujudan tuhan sehinggalah melanjutkan pelajaran ke universiti. Barulah saya mengenali mengenai agama iaitu Kristian diikuti mengunjungi gereja bagi saya mengenali lebih lanjut mengenai Kristian, sesuatu yang tidak saya temui ketika menghadiri kelas pengajian falsafah di universiti," katanya.
Perkara ini bukan sesuatu yang pelik apabila Rusia berkiblatkan komunisme sebagai dasar pemerintahan dan peraturan kehidupan. Perkara mengenai agama tentunya sesuatu yang sangat asing.
Walaupun segala ajaran mengenai Kristian boleh dipetik bagaikan di hujung jarinya, namun bekas paderi itu mengakui Islam merupakan jalan yang paling lurus (the straight path) menuju kebenaran.
"Dalam Kristian 'jalan lurus' itu juga disebut beberapa kali dalam Kitab Perjanjian Lama.
"Dalam kitab itu diceritakan apabila Raja (King David) yang melalui jalan yang permukaannya berbatu-batu di daerah berbukit Palestin, maka pembantu baginda bertindak membersihkan jalan itu dan turut memastikan bahawa 'jalan itu lurus'.
"Ini diikuti nabi John the Forerunner yang mengajak semua supaya mengakui ketuhanan Jesus sebagai 'jalan yang lurus' dengan meninggalkan kepercayaan karut yang dianuti sebelum ini," katanya.
'Jalan lurus'
Namun kata Polosin, 'jalan lurus' menurut al-Quran adalah yang paling benar. Kehidupan manusia merupakan satu perjalanan lurus menuju kepada Allah tanpa perlu melalui mana-mana orang tengah atau wakil mahupun sebarang objek penyembahan.
"Nabi Isa sendiri dalam ajaran baginda yang sebenar mahukan manusia memalingkan muka mereka kepada satu-satunya Tuhan (to 'thou', 'Abba, Father') bukannya diri baginda sebagai tuhan seperti mana yang berlaku dalam ajaran itu kini," katanya.
Polosin mengakui bahawa memeluk Islam di sebuah negara seperti Rusia tidak dilihat sebagai satu perbuatan yang dapat diterima.
"Tetapi isunya kini, bukan sangat kerana memeluk satu ajaran baru tetapi satu pengakuan kepada satu ajaran kepada percaya tuhan yang satu secara lebih tegas. Kepercayaan saya kepada Tuhan tidak pernah berubah cuma menjadi lebih kuat, itu sahaja," ujarnya.
Untuk Polosin mengakui keesaan Allah merupakan hasil dari satu perjalanan yang cukup panjang beliau berusaha sedapat boleh untuk mengenali Islam dari apa juga aspek. Sedari soal ketuhanan sehinggalah kepada sosial, politik dan hari pembalasan.
"Saya mengkaji hampir kesemua penulisan buku terutama sejarah Kristian dan Islam dari ramai penulis termasuk ahli falsafah terkenal Perancis, Rene Genon yang turut memeluk Islam.
"Prosesnya cukup panjang kerana Islam bagi saya merupakan satu transisi atau peningkatan kepercayaan yang lebih berkualiti dan menjadi satu peringkat baru yang perlu saya lalui," kata Polosin yang turut menganggap perbincangan bersama seorang tokoh Islam Rusia, Murad Zargishiev memberikan pengaruh besar dalam hidupnya.
Ditanya sama ada bekas paderi itu kini sudah tidak mempercayai Nabi Isa sebagai Al Masih (penyelamat), Polosin menjelaskan bahawa beliau tetap mempercayai baginda.
"Nabi Isa sebagaimana yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama (Injil) diterima sebagaimana diceritakan sedangkan ketepatan atau kebenaran mengenai teks Kitab itu sendiri tidak dapat ditentukan kesahihannya.
"Berbanding dengan al-Quran disebutkan baginda merupakan seorang nabi. Seorang yang benar dengan dikurniakan Allah dengan kebolehan yang ajaib dan adalah benar baginda seorang Penyelamat kerana itu baginda digelar Al Masih (Messiah)," katanya.
Nabi Isa
Polosin menjelaskan doktrin mengenai ketuhanan Nabi Isa hanya muncul pada abad ke-4 selepas Masihi (kelahiran Nabi Isa) dan dijadikan satu dogma agama yang rasmi pada abad ke 5 (SM). Namun, untuk beberapa abad sebelum itu penganut Kristian tidak pula mengakui bahawa Nabi Isa itu tuhan.
Hasil kajian mendalam, Polosin menyedari Islam bukanlah tunas baru yang lahir dari Kristian tetapi satu reformasi kedua yang paling hebat berlaku selepas agama nabi Ibrahim, Hanif.
"Nabi Isa pula membawa misi kebenaran bagi membersihkan amalan-amalan pagan yang dilakukan oleh kaumnya. Namun sesetengah pengikut tidak mahu mengikut baginda malah merancang untuk membunuhnya pula.
"Mereka ini yang kemudiannya melahirkan agama Yahudi menyebabkan Islam lahir bagi membawa seluruh manusia ke jalan yang benar dengan cara hidup berlandaskan al-Quran dan Sunnah Nabi," katanya.
Mengenai peralihan dari kepercayaan Trinity yang menjadi asas kuat kepada dogma ajaran Kristian Ortodoks, Polosin berkata, pengikut ajaran itu sebenarnya tidak mengetahui hakikat kewujudan Allah yang mereka sangkakan mesti dalam 'bentuk' sesuatu.
"Mereka tidak mengetahui mengenai bentuk tuhan itu tetapi pengikut Kristian tanpa dapat membezakan antara yang benar dan salah, lalu mengambil seseorang sebagai bukti bahawa tuhan itu benar-benar 'wujud.'
"Sedangkan manusia tidak akan mampu menerima 'penjelmaan' itu menyebabkan tuhan tidak lagi satu malah dua atau lebih yang tentunya bukan satu lambang kekuasaan dan keesaan-Nya," ujarnya yang mengkaji dari zaman Greek Lama mengenai penciptaan Kitab Perjanjian Lama dan langsung dibandingkan dengan isi kandungan al-Quran.
Beliau tidak menafikan sewaktu bergelar paderi besar itu berlaku pembersihan rohani yang menimbulkan terlalu banyak keraguan di dalam hati sehingga menyebabkan beliau memikirkan semula apa yang telah beliau ketahui dan lalui.
Pengakuan keislaman beliau diakui tidak dapat diterima oleh pelbagai pihak malah sebagai yang begitu 'alim' dalam ajaran Kristian. Mungkinkah terdapat motif lain yang terselindung?
dipetik dari Utusan Malaysia, 19 Februari 2009
Pakar mengenai agama itu, The Russian Islamogist, Roman Silantvev berkata, terdapat khabar angin yang tersebar luas mengatakan sehingga kini terdapat hampir 20 juta penduduk Rusia merupakan penganut Islam.
"Ternyata khabar angin itu tidak realistik," katanya dalam satu kenyataan yang disiarkan oleh agensi berita Rusia, Interfax dua tahun lalu.
Menurutnya, jumlah penduduk Islam mengikut etnik-etnik yang ada di benua itu dikatakan seramai 14.5 juta sahaja. Namun jumlah sebenar dikatakan kurang iaitu terdapat 7 hingga 9 juta orang sahaja yang beragama Islam.
"Satu lagi khabar angin popular yang juga tidak benar, yang mengatakan etnik Rusia terutamanya yang menganut Yahudi dan Kristian semakin ramai yang memeluk Islam pada hari ini.
"Sedangkan yang berlaku sejak 15 tahun lalu sehingga kini, dilaporkan hanya seramai 3,000 orang sahaja yang memeluk Islam, iaitu satu jumlah tidak memberikan makna dan signifikan yang besar," jelasnya.
Namun selepas dirujuk pada lama web ensiklopedia percuma di Internet Wikipedia, Islam dikatakan agama kedua yang paling ramai dianuti di Persekutuan Rusia. Dianggarkan kini terdapat seramai 20 juta penduduknya merupakan penganut Islam. Ia adalah pertambahan hampir 40 peratus sejak 15 tahun lalu dengan 6 juta dari mereka terdiri daripada penduduk asal yang beragama Islam.
Namun Silantvev perlu menerima hakikat sekalipun jumlah tidak menjanjikan signifikan tetapi bagaimana seorang yang bertaraf paderi besar dari gereja utama di negara itu akhirnya memeluk Islam?
Pada tahun 1999, berita pengislaman bekas Paderi Gereja Ortodoks Rusia, Viacheslav Sergeevich Polosin, 53, yang juga pengerusi jawatankuasa Committee of the Supreme Soviet on Freedom of Conscience bagaikan satu sinar yang memecahkan kabus itu.
Namun Polosin dituduh mengalami masalah psikologi akibat tekanan politik apabila dikatakan meninggalkan agama Kristian itu.
Jika Polosin menukar mazhab dari Ortodoks kepada Prostestan, mungkin masih boleh dimaafkan tetapi kini dengan nama baru iaitu Ali, bagaimana ini dapat diterima oleh masyarakat Kristian?
"Sedari kecil saya percaya mengenai kewujudan tuhan sehinggalah melanjutkan pelajaran ke universiti. Barulah saya mengenali mengenai agama iaitu Kristian diikuti mengunjungi gereja bagi saya mengenali lebih lanjut mengenai Kristian, sesuatu yang tidak saya temui ketika menghadiri kelas pengajian falsafah di universiti," katanya.
Perkara ini bukan sesuatu yang pelik apabila Rusia berkiblatkan komunisme sebagai dasar pemerintahan dan peraturan kehidupan. Perkara mengenai agama tentunya sesuatu yang sangat asing.
Walaupun segala ajaran mengenai Kristian boleh dipetik bagaikan di hujung jarinya, namun bekas paderi itu mengakui Islam merupakan jalan yang paling lurus (the straight path) menuju kebenaran.
"Dalam Kristian 'jalan lurus' itu juga disebut beberapa kali dalam Kitab Perjanjian Lama.
"Dalam kitab itu diceritakan apabila Raja (King David) yang melalui jalan yang permukaannya berbatu-batu di daerah berbukit Palestin, maka pembantu baginda bertindak membersihkan jalan itu dan turut memastikan bahawa 'jalan itu lurus'.
"Ini diikuti nabi John the Forerunner yang mengajak semua supaya mengakui ketuhanan Jesus sebagai 'jalan yang lurus' dengan meninggalkan kepercayaan karut yang dianuti sebelum ini," katanya.
'Jalan lurus'
Namun kata Polosin, 'jalan lurus' menurut al-Quran adalah yang paling benar. Kehidupan manusia merupakan satu perjalanan lurus menuju kepada Allah tanpa perlu melalui mana-mana orang tengah atau wakil mahupun sebarang objek penyembahan.
"Nabi Isa sendiri dalam ajaran baginda yang sebenar mahukan manusia memalingkan muka mereka kepada satu-satunya Tuhan (to 'thou', 'Abba, Father') bukannya diri baginda sebagai tuhan seperti mana yang berlaku dalam ajaran itu kini," katanya.
Polosin mengakui bahawa memeluk Islam di sebuah negara seperti Rusia tidak dilihat sebagai satu perbuatan yang dapat diterima.
"Tetapi isunya kini, bukan sangat kerana memeluk satu ajaran baru tetapi satu pengakuan kepada satu ajaran kepada percaya tuhan yang satu secara lebih tegas. Kepercayaan saya kepada Tuhan tidak pernah berubah cuma menjadi lebih kuat, itu sahaja," ujarnya.
Untuk Polosin mengakui keesaan Allah merupakan hasil dari satu perjalanan yang cukup panjang beliau berusaha sedapat boleh untuk mengenali Islam dari apa juga aspek. Sedari soal ketuhanan sehinggalah kepada sosial, politik dan hari pembalasan.
"Saya mengkaji hampir kesemua penulisan buku terutama sejarah Kristian dan Islam dari ramai penulis termasuk ahli falsafah terkenal Perancis, Rene Genon yang turut memeluk Islam.
"Prosesnya cukup panjang kerana Islam bagi saya merupakan satu transisi atau peningkatan kepercayaan yang lebih berkualiti dan menjadi satu peringkat baru yang perlu saya lalui," kata Polosin yang turut menganggap perbincangan bersama seorang tokoh Islam Rusia, Murad Zargishiev memberikan pengaruh besar dalam hidupnya.
Ditanya sama ada bekas paderi itu kini sudah tidak mempercayai Nabi Isa sebagai Al Masih (penyelamat), Polosin menjelaskan bahawa beliau tetap mempercayai baginda.
"Nabi Isa sebagaimana yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama (Injil) diterima sebagaimana diceritakan sedangkan ketepatan atau kebenaran mengenai teks Kitab itu sendiri tidak dapat ditentukan kesahihannya.
"Berbanding dengan al-Quran disebutkan baginda merupakan seorang nabi. Seorang yang benar dengan dikurniakan Allah dengan kebolehan yang ajaib dan adalah benar baginda seorang Penyelamat kerana itu baginda digelar Al Masih (Messiah)," katanya.
Nabi Isa
Polosin menjelaskan doktrin mengenai ketuhanan Nabi Isa hanya muncul pada abad ke-4 selepas Masihi (kelahiran Nabi Isa) dan dijadikan satu dogma agama yang rasmi pada abad ke 5 (SM). Namun, untuk beberapa abad sebelum itu penganut Kristian tidak pula mengakui bahawa Nabi Isa itu tuhan.
Hasil kajian mendalam, Polosin menyedari Islam bukanlah tunas baru yang lahir dari Kristian tetapi satu reformasi kedua yang paling hebat berlaku selepas agama nabi Ibrahim, Hanif.
"Nabi Isa pula membawa misi kebenaran bagi membersihkan amalan-amalan pagan yang dilakukan oleh kaumnya. Namun sesetengah pengikut tidak mahu mengikut baginda malah merancang untuk membunuhnya pula.
"Mereka ini yang kemudiannya melahirkan agama Yahudi menyebabkan Islam lahir bagi membawa seluruh manusia ke jalan yang benar dengan cara hidup berlandaskan al-Quran dan Sunnah Nabi," katanya.
Mengenai peralihan dari kepercayaan Trinity yang menjadi asas kuat kepada dogma ajaran Kristian Ortodoks, Polosin berkata, pengikut ajaran itu sebenarnya tidak mengetahui hakikat kewujudan Allah yang mereka sangkakan mesti dalam 'bentuk' sesuatu.
"Mereka tidak mengetahui mengenai bentuk tuhan itu tetapi pengikut Kristian tanpa dapat membezakan antara yang benar dan salah, lalu mengambil seseorang sebagai bukti bahawa tuhan itu benar-benar 'wujud.'
"Sedangkan manusia tidak akan mampu menerima 'penjelmaan' itu menyebabkan tuhan tidak lagi satu malah dua atau lebih yang tentunya bukan satu lambang kekuasaan dan keesaan-Nya," ujarnya yang mengkaji dari zaman Greek Lama mengenai penciptaan Kitab Perjanjian Lama dan langsung dibandingkan dengan isi kandungan al-Quran.
Beliau tidak menafikan sewaktu bergelar paderi besar itu berlaku pembersihan rohani yang menimbulkan terlalu banyak keraguan di dalam hati sehingga menyebabkan beliau memikirkan semula apa yang telah beliau ketahui dan lalui.
Pengakuan keislaman beliau diakui tidak dapat diterima oleh pelbagai pihak malah sebagai yang begitu 'alim' dalam ajaran Kristian. Mungkinkah terdapat motif lain yang terselindung?
dipetik dari Utusan Malaysia, 19 Februari 2009
12 Februari 2009
Halba untuk kesihatan
Sila baca dan sebarkan.
Rasulullah saw bersabda :"Sekiranya umatku tahu akan kelebihan Halba nescaya mereka sanggup tukarkannya dengan sebanyak timbangan emas ? "
Tak perlulah berbelanja lebih sedangkan ubat yang murah, berkesan dan mudah digunakan boleh didapati dengan mudah di kedai mamak sahaja.Rasulullah saw bersabda :" Sekiranya umatku tahu akan kelebihan Halba nescaya mereka sanggup tukarkannya dengan sebanyak timbangan emas " (Books of Sufi Healing m.s.58)
Pada suatu hari Rasulullah saw menziarahi sahabat Saad bin Abi Waqqas yang sedang sakit. Rasulullah saw menyuruh dipanggil tabib. Al Harith Ibn Qaldah datang merawat Saad bin Abu Waqqas. Beliau mengesyorkan agar Saad makan Halba dan Korma Ajwa'. Dengan izin Allah Saad pun sembuh dari sakitnya.
Rasulullah saw kemudiannya bersabda :" Gunakanlah Halba sebagai ubat." (Qamus Al-Tibb Ahad Qodamah-Mesir)
KEGUNAAN Halba
1. Diminum sebagai teh untuk- Melancarkan haid- Menghilangkan kembung,sebu dan senak- Pencuci perut- Menguatkan jantung- Menghilangkan lender tekak- Melegakan sakit kepala/ migraine- Membuang angin- Menyembuhkan buasir- Senggugut- Merangsang rahim- Kegemukan- Kurang berat badan- Mengawal kencing manis- Radang kulit dan Bisul
2. Teh Halba + Madu- Kurangkan ketagihan rokok dan dadah- Anemia
3. Untuk anak2 yang baligh- kecergasan- kekuatan badan- Tumbesaran
4. Untuk ibu menyusu- Banyakkan air susu
5. Halba juga adalah ramuan tradisi menambahkan nafsu lelaki dan wanita.
6. Memanaskan buah pinggang dan organ pembiakan.
Menjadi amalan kuno tabib China untuk rawatan mati pucuk.Halba merupakan antara ubatan yang tertua di dunia dan digunakan oleh Al-Abqirad ( Hippocrates) iaitu bapa perubatan Yunani.
Di Terengganu halba adalah salah satu ramuan dalam adunan nasi dagang.
MANA NAK DAPAT Halba?
Halba boleh dibeli di kedai mamak atau dah di pek secara komersil di pasaraya.
Anak Soleh....
Bismillah...
Hari ini saya nak kongsi cerita, kisah seorang anak soleh yang amat menyayangi kedua ibu bapanya..
Anak ini sentiasa mendoakan kedua ibu bapanya. Setiap kali beliau teringat ibu bapanya... secara spontan beliau akan mendoakan kesejahteraan ibu bapanya.. begitu juga semasa didalam solat... beliau tidak lupa mendoakan kesejahteraan kedua ibu bapanya walaupun kedua ibu bapanya telah meninggal dunia. selain dari itu, beliau sentiasa mencium tangan dan dahi kedua ibu bapanya... dan meminta ampun dari pada kedua ibu bapanya setiap hari...
Saya berharap saya juga dapat melakukan hal yang sama terhadap ibu bapa saya... Begitu anak -anak saya doakanlah yea.. Insya Allah..
Semoga Allah permudahkan usaha ini.. Amin.....
Hari ini saya nak kongsi cerita, kisah seorang anak soleh yang amat menyayangi kedua ibu bapanya..
Anak ini sentiasa mendoakan kedua ibu bapanya. Setiap kali beliau teringat ibu bapanya... secara spontan beliau akan mendoakan kesejahteraan ibu bapanya.. begitu juga semasa didalam solat... beliau tidak lupa mendoakan kesejahteraan kedua ibu bapanya walaupun kedua ibu bapanya telah meninggal dunia. selain dari itu, beliau sentiasa mencium tangan dan dahi kedua ibu bapanya... dan meminta ampun dari pada kedua ibu bapanya setiap hari...
Saya berharap saya juga dapat melakukan hal yang sama terhadap ibu bapa saya... Begitu anak -anak saya doakanlah yea.. Insya Allah..
Semoga Allah permudahkan usaha ini.. Amin.....
03 Februari 2009
Kereta Oh Kereta
Bismillah.....
Ari nih aku gi kerja bawak kreta. walaupun dah masuk kali kedua.. gabra tak tetap ada... siap panik masa nak bayar tol tadi... kreta yang aku bawak mengundur, rupa-rupanya lupa nak tarik hand brake , ntah apa yang aku pikir ntah... nasib baik ada kengkawan... pa tu memang laa kena sentiasa alert, sbb bila dah masuk area Bandar.. memang banyak kenderaan.... lotih kaki eden menokan clutch (betul ke ejaan nih... bantai jer laaa)
Kawan kat sebelah siap sound... kita yang bawak dia, belasah jer laaa..... agaknya tergelak diorang tengok aku tadi.. nasiblaaa, dah tu tanye boleh tak bawak... kalau tak buleh.. mintak kawan lagi sorang bawak... (macam tak kofiden jer diorang aku bawak kreta nih...)
Anyway... pengalaman nih memang agak payau laa nak ditelan.. tapi dah namanya hidup... kena laa sahut cabaran... baru buleh berjaya... cheewaah.....
Langgan:
Catatan (Atom)
Projek Crochet Aku
Salam Sayang untuk semua Hari ni aku nak membebel pasal projek kait mengait yang aku sedang dan akan buat... Sekarang ni banyak projek pers...
-
Untuk makluman semua..... pada 20 Julai yang lalu... aku telah menjalani ujian ini. Ujian ini wajib diambil bagi tujuan pengesahan jawatan P...
-
Hari Ahad lepas, kitorang makan burung puyuh ni kat umah Bapak.. suppliernyer dekat kg. seblah jer.. Ok laa aku nak kongsi resepinye ngan ko...